LAPISAN IMAJINASI DAN KENYATAAN PADA KARYA DADLAN

Dari semua karya yang ditampilkan Dadlan pada pameran tunggalnya kali ini, bisa kita lihat bahwa Dadlan merunut kembali penempatan lapisan akriliknya sesuai dengan posisi bagian tubuh yang ditampilkan. Tulang yang terletak pada bagian dalam (yang akan muncul jelas karena efek sinar lampu), objek bagian tubuh yang tampak terlihat mata, serta elemen lain sebagai tambahan. Pada karya ini seolah Dadlan sedang menampilkan bagian tubuh kita secara utuh (bagian dalam – tulang, bagian tubuh – kaki/tangan, dan bagian luar – elemen pembungkus seperti halnya kostum atau asesoris tambahan lainnya). Hal yang menarik dan berbeda adalah ketika secara sadar, Dadlan memunculkan image tulang dengan cara digravir secara manual/handmade. Proses ini tidak hanya menampilkan efek gravir sesuai hasil x-ray namun juga jejak goresan yang sangat khas dan unik. Belum lagi, dia juga menambahkan efek-efek gravir untuk menambah kesan pada bentuk tulang. Imajinasi Dadlan melapisi kenyataan hasil x-ray. Proses ini adalah kali kedua dia mengolah kenyataan (tulang) yang terpendam dalam balutan daging dan kulit, setelah yang pertama dia membuat olah digital pada hasil x-ray. Jadi prosesnya memang agak rumit : tulang dimunculkan visualnya lewat teknik x-ray, kemudian hasilnya diolah digital (supaya lebih jelas – dianggap nyata terlihat) dan akhirnya diolah lagi secara manual untuk menambatkan imajinasi (yang susah dilihat).

Dadlan pada intinya ‘hanya’ ingin memunculkan imajinasinya. Imajinasinya yang personal ini coba untuk didekatkan ke penonton dengan cara memakai bagian tulang manusia yang dirasa lebih umum pemaknaannya/memorinya. Meskipun, apa yang dimunculkan lewat hasil x-ray maupun goresan gravir bukanlah realitas sebenarnya. Mereka adalah citraan yang dibuat mendekati realitas.

Lewat karya Dadlan, setidaknya kita diajak untuk memaknai kembali tentang kenyataan/realitas dan imajinasi yang saling berkelindan dan berlapis-lapis, agar kita lebih peka bahwa ada kenyataan/realitas lain dibalik realitas yang kita lihat secara kasat mata.

Bambang ‘Toko’ Witjaksono