Om Swastiastu,
Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa

Sanggar Dewata Indonesia (SDI) kini telah menapaki usianya yang ke 45 tahun, semenjak 15 Desember 1970 dideklarasikan di Yogyakarta. Sebuah usia yang tidak lagi terbilang muda, dan bagi sebuah organisasi kesenian bukanlah sebuah perkara yang mudah untuk tetap menjaga nama besar dan eksistensi seni budayanya.
Sebuah kredo yang diturunkan secara lisan turun temurun dari para senior kami, “Sebuah pohon dapat tumbuh kokoh dan besar karena peran akar, batang, dan daun mudanya yang bersinergi, lalu menghasilkan buah (kesenian) yang manis dan ranum”.

Dalam tubuh organisasi perlu disadari bersama bahwa sebuah organisasi kesenian seperti halnya SDI dapat tetap bernafas dikarenakan proses regenerasinya yang selalu berputar secara reguler melahirkan generasi baru setiap tahunnya, dan perlu diyakini juga bahwa melalui generasi mudalah panji-panji SDI tetap dapat dikibarkan. Tentu saja semua hal tersebut tidak terlepas dari segenap dukungan para pendahulunya yang diharapkan selalu mampu menjadi energi positif yang memotivasi generasi mudanya untuk tetap berkreatifitas dan mengepakan sayap berkeseniannya ke seantero dunia.
Sebagai bentuk rangkaian ceremony kelahiran SDI, pada penghujung tahun 2015 ini SDI Yogyakarta menggelar pameran dengan menghadirkan perupa-perupa generasi mudanya yang tergabung dalam kelompok Young Artists SDI sejumlah 28 orang. Anggotanya merupakan seniman muda SDI Yogyakarta dari generasi angkatan 2005 hingga 2015 yang sebagian besar aktif berkarya dalam wujud lukisan, patung, grafis, video art dan desain komunikasi visual serta berdomisili di Yogyakarta.

“Mooi In(Die) Bali” menjadi pilihan tema sentral yang di usung oleh Young Artists SDI, dalam pameran kali ini para generasi muda SDI mencoba untuk menawarkan kesadaran kembali melalui karya seninya yang merupakan bentuk introspeksi atas kedirian Bali yang indah dan molek (mooi) dengan persentuhan kekuatan kapitalisme Barat dan pemikiran cendikiawannya atas kuasa Budaya Bali mempertahankan diri. Apakah Budaya Bali akan tetap mengakar pada kekuatan budayanya dan etika hidup masyarakatnya, atau akan berangsur mati (Die) dalam pinangan dan rayuan kemolekan kapitalisme? Tawaran inilah dalam ekspresi karya seni akan menemukan muaranya bahwa karya seni mampu menjadi media yang melampui kekakuan massa, waktu, dan juga pemikiran. Cita rasa seni yang terbalut semangat kontemporer, menyadarkan para perupa muda atas nilai-nilai tradisi dan menengok kembali bahwa local wisdom menjadi kekuatan yang utama dalam membangun peradaban budayanya.

Saya selaku Ketua SDI Yogyakarta mengucapkan terima kasih dengan memberikan apresiasi tinggi atas kerja keras panitia dan para anggota SDI Muda, semoga melalui perhelatan motivatif dan inspiratif ini dapat menumbuhkan kepekaan rasa, solidaritas, loyalitas dan spirit berkarya para generasi muda SDI. Selamat berpameran, sukses dan berjayalah Young Artists SDI. Bravooo…!!!

Om Santi, Santi, Santi, Om

Yogyakarta, 14 Desember 2015
Agus Putu Suyadnya